Welcome To My Life

Senin, 03 Oktober 2011

Pengantar Sosiologi

PENGANTAR SOSIOLOGI
ISIP4110







OLEH
ROSMIN AWALUDDIN SP

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
2011
PENGANGTAR SOSIOLOGI
Selamat Datang di Halaman ISIP4110/ADNE4110
TUTOR
H.syamsuddin patang
syamp@ut.ac.id
Nasaruddin
Tinjauan Matakuliah :
Pengantar Sosiologi (ISIP4110 / ADNE4110) pada dasarnya menyangkut tiga pokok pembahasan yaitu individu, masyarakat, dan hubungan antar keduanya. Matakuliah ini membahas konsep-konsep yang dipelajari dalam sosiologi. Konsep-konsep yang dibahas meliputi definisi sosiologi, sistem sosial, organisasi sosial, status sosial, kebudayaan, sosialisasi, interaksi sosial, perubahan sosial, kependudukan, stratifikasi sosial, keluarga serta kontrol sosial.




PERTEMUAN  KEDUA
Modul 1 Konsep dan Definisi Sosiologi
KB1 Konsep Sosiologi
KB2 Apa itu Sosiologi

Modul 2 Sistem Sosial, Organisasi Sosial, dan Status
KB1 Konsep-konsep Dasar
KB2 Organisasi Sosial
KB3 Status
Modul 6 Stratifikasi Sosial
KB1 Stratifikasi Sosial
KB2 Konsekuensi Sosial

Modul 3 Kebudayaan, Nilai, Sosialisasi, dan Interaksi Sosial
KB1 Kebudayaan, Institusi, dan Institusional
KB2 Nilai dan Norma
KB3 Sosialisasi, Konflik
Modul 7 Stratifikasi Sosial II
KB1 Faktor Seks
KB2 Faktor Usia

Modul 4 Perubahan Sosial
KB1 Perubahan Sosial
KB2 Perubahan Sosial (sambungan)
Modul 8 Keluarga
KB1 Keluarga
KB2 Rumah Tangga

Modul 5 Penduduk
KB1 Penduduk
KB2 Masalah Kependudukan
Modul 9 Kontrol Sosial
KB1 Pengaruh Masyarakat terhadap Individu
KB2 Pengaruh Individu terhadap Masyarakat

Pertemuan  ke 3
LATIHAN
  1. Interpretif dalam definisi sosiologi menurut Max Weber memiliki pengertian
a.       Individu mahluk yang unik
b.      Individu tidak memiliki kebebasan
c.       Masyarakat memberikan penilaian
d.      Masyarakat bersifat memaksa
  1. Proses sosialisasi yang memperkenalkan individu ke dalam sektor baru dalam masyarakat disebut sosialisasi
a.       awal
b.      akhir
c.       primer
d.      sekunder
  1. Peran televisi yang dapat mempengaruhi perilaku khalayak, adalah sebagai
a.       sasaran sosialisasi
b.      agen sosialisasi
c.       sumber sosialisasi
d.      pelaku utama sosialisasi
  1. Reactionary Movement sebagai salah satu klasifikasi dari gerakan sosial bertujuan untuk
a.       mempertahankan nilai dan institusi masyarakat
b.      mengganti institusi dan nilai masyarakat sekarang dengan masa lampau
c.       merubah sebagian nilai dan institusi masyarakat
d.      merubah institusi dan stratifikasi masyarakat
  • Pengklasifikasian gerakan sosial empat tipe dikemukakan oleh
a.       William Kornblum
b.      Rex Hopper
c.       Craig Calhoun
d.      Anthony Giddens 
                        Pernikahan anak kembar dengan pria yang sama disebut sebagai
 .       Poligini nonsororal
a.      Poligini sororal
b.     Poliandri fraternal
c.      Poliandri nonfraternal
                        Perubahan status daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan
 .        emigrasi
a.       imigrasi
b.      transmigrasi
c.       urbanisasi
                        Untuk mengurangi terjadinya urbanisasi pemerintah perlu melakukan
 .       peningkatan kualitas hidup
a.      pengembangan setiap daerah
b.     meningkatan kesempatan kerja
c.      peningkatan kesejahteraan hidup
                        George Simmel mengukur mutu suatu kelompok berdasarkan
 .       kontrol sosial bagi anggota kelompok
a.      peranan anggota kelompok
b.     interaksi anggota kelompok
c.      jumlah anggota kelompok
                        Bahasa yang dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua akan berbeda dengan bahasa yang dipergunakan untuk teman sebaya. Hal ini menunjukan adanya:
 .       stratifikasi sosial
a.      interaksi sosial
b.     kontrol sosial
c.      peranan sosial




PERTEMUAN KE 3
Konsep Sosiologi


Yang dipelajari Sosiologi adalah:
·         individu
·         masyarakat
·         hubungan keduanya

  • Sosiologi berasal dari kata: Socios (berteman) dan logos (ilmu) Yang berarti: Ilmu yang mempelajari hubungan berteman
  • Sosiologi: adalah ilmu yang netral & bebas nilai (value free)
  • Definisi Sosiologi menurut para ahli Sosiologi
Berger
Ilmu yang mempelajari hubungan antara masyarakat dengan individu
Simmel
Ilmu yang mempelajari interaksi sosial
Ilmu tentang pemahaman interpretif dari tindakan sosial (verstehen)
Comte
Ilmu tentang masyarakat
Ilmu yang mempelajari fakta sosial
Apakah benar Sosiologi merupakan suatu ilmu?



Karakteristik Ilmu :
  • empirik (bisa diuji)
  • teoritik (hubungan antar konsep, preposisi)
  • kumulatif (semakin berkembang)
  • nonetik (non moral/etik )

SOSIALISASI
Sosialisasi menurut Peter Berger adalah proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Pada sosialisasi dipelajari peranan-peranan, oleh karenanya disebut dengan teori mengenai peranan (role theory). Sosialisasi dalam arti yang luas merupakan suatu usaha masyarakat yang menghantar warganya masuk ke dalam kebudayaan. Dengan kata lain masyarakat melakukan suatu rangkaian kegiatan tertentu untuk menyerah terimakan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Definisi lainnya mengatakan bahwa secara luas sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana warga masyarakat di didik untuk mengenal, memahami, mentaati dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Secara khusus sosialisasi mencakup suatu proses dimana warga masyarakat mempelajari kebudayaannya, belajar mengendalikan diri serta mempelajari peranan-peranan dalam masyarakat.
Proses sosialisasi bertujuan untuk:
1.     Memberi keterampilan yang dibutuhkan individu untuk hidupnya kelak dimasyarakat
2.     Mengajarkan individu untuk mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan berbicara
3.     Melatih Pengendalian fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat
4.     Membiasakan individu dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada dalam masyarakat.
proses sosialisasi dilaksanakan oleh pihak-pihak yang dinamakan agen-agen sosialisasi (agent of socialization). Tokoh sosiologi Fuller dan Jacobs mengidentifikasi lima agen sosialisasi utama, yaitu : keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan.
  • Keluarga
Pada awal kehidupan manusia agen sosialisasi biasanya terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Namun pada masyarakat dimana mengenal sistem keluarga luas (extended family) agen sosialisasi dapat mencakup pula nenek, kakek, bibi, dan sebagainya. Pentingnya agen sosialisasi pertama terletak pada kemampuan yang diajarkan oleh keluarga, yaitu agar dapat berinteraksi dengan Significants others (orang-orang penting dengan siapa seseorang berinteraksi dalam proses sosialisasi), dimana seorang bayi belajar berkomunikasi secara verbal dan nonverbal.
  • Kelompok Bermain
Kelompok bermain atau teman bermain dapat mencakup kerabat, tetangga, maupun teman sekolah. Berbagai kemampuan baru dipelajari oleh seorang anak. Pada sosialisasi ini seorang anak belajar berinteraksi dengan orang-orang yang sederajat karena sebaya. Dalam kelompok bermain ini pulalah seorang anak mulai belajar nilai-nilai keadilan.
·  Media Massa

Media massa merupakan agen sosialisasi yang berpengaruh pula pada perilaku khalayak. Hal ini dikarenakan media massa merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah) dan media elektronik (radio, televisi, video, film, piringan hitam, kaset, Cd, internet). Pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak ke arah perilaku prososial maupun antisosial.
  • Lembaga Pendidikan (Sekolah)
Pendidikan formal mempersiapkan seorang anak dalam penguasaan peranan-peranan baru dikemudian hari, dikala dia tidak tergantung lagi pada orang tuanya. Terdapat perbedaaan antara sosialisasi yang berlangsung dalam keluarga dengan sosialisasi pada sistem pendidikan formal. Hal ini dapat terjadi karena sekolah merupakan suatu jenjang peralihan antara keluarga dan masyarakat. Sekolah memperkenalkan aturan-aturan baru yang diperlukan bagi anggota masyarakat. Aturan-aturan tersebut sering berbeda bahkan bertentangan dengan aturan-aturan yang dipelajari selama sosialisasi berlangsung di keluarga.
Dalam masyarakat agen-agen sosialisasi tidak terbatas dalam kelima agen ini saja. Hal ini dikarenakan proses sosialisasi akan diterima oleh setiap individu sepanjang hidupnya. Dalam kaitan ini maka para ahli membicarakan mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi. Bentuk proses sosialisasi ini dapat dibagi menjadi dua yaitu : Sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.
  • Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat.
  • Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru di dalam masyarkat.

Sumber:
  • Oc, D. Hendropuspito (1989), Sosiologi Sistematik, Jakarta, Kanisius.
  • Simamora, Sahat (1983), Sosiologi Suatu Pengantar, terjemahan dari Introduction to Sociology, Bruce J Cohen, Jakarta, PT. Bina Aksara.
  • Sunarto, Kamanto (1993), Pengantar Sosiologi, Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia








PERTEMUAN KE 4
GERAKAN SOSIAL SEBAGAI SUMBER 
PERUBAHAN SOSIAL
Masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami suatu perubahan sosial. Perubahan sosial tersebut bersumber dari terjadinya krisis ekonomi dan krisis politik pada masyarakat. Krisis ekonomi mengawali terjadinya perubahan sosial yang dilanjutkan dengan krisis kepercayaan kepada kepemimpinan nasional. Peningkatan praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme terutama dalam bidang politik dan ekonomi memunculkan reaksi-reaksi masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang berreaksi adalah mahasiswa.
Gerakan mahasiswa yang disertai oleh berbagai peristiwa, diantaranya peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti dan pendudukan gedung MPR dan DPR oleh mahasiswa telah mempercepat terjadinya pergantian kepemimpinan nasional. Pergantian kepemimpinan ini membawa masyarakat Indonesia ke dalam suatu perubahan terutama dalam bidang politik. Perubahan politik yang terjadi diantaranya adalah perubahan sistem pemilu baik dari keanggotaannya maupun perundang-undangannya.
Reaksi terhadap ketidakadilan baik dalam bidang politik maupun ekonomi menjadi sumber perubahan sosial. Hal ini menunjukkan perubahan masyarakat Indonesia bersumber dalam masyarakatnya sendiri. Reaksi-reaksi tersebut umumnya dilakukan secara kolektif, yang muncul dari kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat seperti kelompok mahasiswa, kelompok cendekiawan, kelompok elit politik dan lain sebagainya. Reaksi mahasiswa sebagai salah satu kelompok dalam masyarakat dapat kita kaji dalam kerangka analisa gerakan sosial.
Gerakan Sosial
Giddens, Light, Keller dan Calhoun mengemukakan bahwa suatu perilaku kolektif dapat digolongkan sebagai suatu gerakan sosial bila memiliki tujuan atau kepentingan bersama, dan menggunakan cara-cara di luar institusi-institusi yang ada. Gerakan sosial ditandai oleh suatu tujuan jangka panjang untuk merubah atau mempertahankan masyarakat atau institusi di dalamnya. Tujuan dari gerakan mahasiswa di Indonesia bisa dilihat dari tuntutan-tuntutan mereka, seperti penghapusan korupsi, kolusi dan nepotisme, hapuskan dwifungsi ABRI dan sebagainya.
Gerakan sosial juga ditandai oleh penggunaan cara-cara yang bertentangan atau diluar institusi yang ada. Penyampaian tuntutan-tuntutan yang dilakukan dalam gerakan mahasiswa bertentangan dengan cara penyampaian pendapat yang ditetapkan oleh pemerintah. Penyampaian pendapat semestinya disampaikan melalui wakil rakyat di MPR. Karena ketidakpercayaan masyarakat, dalam hal ini mahasiswa, terhadap wakil rakyat disertai dengan tidak berfungsinya jalur komunikasi yang ada, mahasiswa mendemonstrasikan pendapatnya. Melalui uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gerakan mahasiswa merupakan suatu gerakan sosial. Karena gerakan yang dilakukan para mahasiswa jelas memiliki tujuan jangka panjang dan menggunakan cara-cara di luar institusi yang ada.
Karakteristik dasar dalam setiap gerakan sosial juga tercermin dalam gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa. Karakteristik pertama keanggotaannya bersifat tidak menentu atau berubah-ubah. Gerakan mahasiswa tidak memiliki jumlah peserta yang tetap di setiap aksi-aksinya. Mahasiswa yang ikut disetiap gerakannya biasanya berubah-ubah. Sebagai contoh seorang mahasiswa Universitas Terbuka yang menjadi peserta ketika menduduki gedung MPR/DPR namun tidak menjadi peserta aksi di Universitas Trisakti, dan dia menjadi peserta kembali dalam aksi dalam peristiwa Semanggi. Hal ini menunjukan mahasiswa yang ikut dalam gerakan sosial tidak tetap dan jumlahnya berubah-ubah. Peserta aksi mahasiswa juga tidak dibatasi karena siapa saja yang memiliki identitas sebagai mahasiswa dapat menjadi peserta dalam gerakan mahasiswa.
Karakteristik kedua, kepemimpinannya ditentukan oleh reaksi yang informal dari para anggotanya. Pemimpin dalam setiap gerakan mahasiswa di pilih berdasarkan situasi dan kebutuhan saat itu, dan pemilihannya tidak dilakukan secara formal oleh seluruh pesera demonstrasi. Pada gerakan mahasiswa yang menduduki gedung MPR/DPR kepemimpinan berisi gabungan dari setiap kelompok mahasiswa, misalnya pemimpin dari Universitas Terbuka, pemimpin dari Universitas Trisakti, pemimpin dari Universitas Indonesia dan lain-lain. Sedangkan pada gerakan mahasiswa di Semanggi pemimpinnya berbeda dengan gerakan di peristiwa Trisakti. Kepemimpinan itu biasanya berbeda dari setiap aksinya. dan tidak semua peserta aksi ikut menentukan pemimpinnya, bahkan bisa jadi peserta demonstrasi bisa tidak mengenal pemimpinnya.
Karakteristik ketiga, tindakannya dijalankan secara terus menerus. Gerakan mahasiswa terus dilakukan selama tujuan atau tuntutannya belum tercapai. Mahasiswa terus melakukan demonstrasi dan memunculkan beberapa peristiwa, seperti peristiwa trisakti, peristiwa pendudukan Gedung MPR/DPR, peristiwa semanggi dan sebagainya. Aksi-aksi ini akan terus mereka serukan selama tujuan mereka belum tercapai, peristiwa semanggi tanggal 13 November 1998 merupakan contoh akibat tuntutan mahasiswa mengenai dwifungsi ABRI tidak di dengar. Kemudian terjadi kembali reaksi mahasiwa akibat dimanfaatkannya militer oleh pemerintah dengan disahkannya UU Penanggulangan Keadaan Bahaya, yang melahirkan peristiwa semanggi II tahun 1999.
Pengklasifikasian Gerakan Sosial
Gerakan sosial dapat diklasifikasikan melalui beberapa kriteria yaitu bidang kegiatan, jenis perubahan, arah perubahan, cakupan fungsional dan keteraturan sosial. Selain kriteria tersebut gerakan sosial dapat diklasifikasikan menurut tujuan yang hendak dicapai oleh suatu gerakan sosial. Tokoh yang menggunakan kriteria ini adalah William Kornblum.  Kriteria tersebut memberikan empat klasifikasi, yaitu: revolutionary movement, reformist movement, conservative movement, dan reactionary movement.
  • Revolutionary Movement
Gerakan sosial disebut sebagai Revolutionary Movement, apabila bertujuan untuk merubah institusi dan stratifikasi masyarakat. Gerakan ini terkait dengan revolusi sosial yang merupakan suatu transformasi menyeluruh tatanan sosial, termasuk di dalamnya institusi pemerintahan dan stratifikasi sosial. Contoh dari gerakan ini adalah revolusi di Rusia pada tahun 1917 dan revolusi di Cina pada tahun 1949. Pada kedua revolusi tersebut sistem budaya, sosial, politik dan ekonomi masyarakatnya berubah menjadi sistem komunis. Suatu revolusi harus memenuhi tiga kriteria, yaitu (1) melibatkan massa dalam gerakan sosial, (2) menghasilkan proses reformasi atau perubahan, (3) melibatkan ancaman atau penggunaan kekerasan.
  • Reformist Movement
Gerakan sosial yang bertujuan untuk merubah sebagian institusi dan nilai diklasifikasikan sebagai Reformist Movement. Boedi Oetomo yang didirikan tahun 1908 di Jakarta merupakan gerakan reformis, karena gerakan ini bertujuan untuk memberikan pendidikan formal kepada pribumi. Dimana pada saat itu yang mendapatkan pendidikan formal hanya para bangsawan pribumi.
  • Conservative Movement
Gerakan sosial ini bertujuan untuk mempertahankan nilai dan institusi masyarakat. Contoh dari gerakan ini adalah gerakan konservative wanita STOP ERA (Equal Rights Amandement). Gerakan ini menentang usaha kaum feminis pada tahun 80-an untuk melakukan perubahan pada konstitusi demi menjamin persamaan hak pria dan wanita.
  • Reactionary Movement
Reactionary Movement adalah suatu gerakan sosial yang bertujuan untuk mengganti institusi dan nilai masa kini dengan institusi dan nilai masa lampau. Contoh yang diberikan Kornblum adalah gerakan Ku Klux Klan di Amerika Serikat. Organisasi rahasia ini berusaha mengembalikan keadaan di Amerika serikat ke masa lampau di kala institusi-institusi sosial mendukung keunggulan orang kulit putih di atas orang kulit Hitam (White Supremacy).
Melalui pengklasifikasian dari William Kornblum ini kita bisa melihat bahwa gerakan sosial yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dimasukkan kedalam Reformist movement.Reformist yang sekarang di Indonesia diterjemahkan menjadi reformasi memperlihatkan bahwa tujuan dari gerakan mahasiswa adalah untuk merubah sebagian dan institusi dan nilai yang selama zaman orde baru diberlakukan. Pada masa Orde Baru beberapa institusi telah dicemari oleh praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme atau yang disingkat dengan KKN. KKN ini juga seakan-akan telah menjadi nilai yang dianggap benar karena hampir semua bidang kehidupan tidak terlepas dari praktek-praktek tersebut. Mulai dari pembuatan KTP hingga ke tender-tender pembangunan tak terlepas dari KKN. Nilai inilah yang dituntut oleh mahasiswa untuk dihapuskan, sedangkan nilai-nilai lainnya yang baik seperti nasionalisme, gotong royong, tetap dipertahankan.
Tahapan Gerakan Sosial
Gerakan sosial tidak bersifat statis tetapi dapat mengalami perkembangan. Rex Hopper mengemukakan empat tahap perkembangan gerakan sosial, yaitu tahap reaksi masal, tindakan masal, pemantapan formal, dan revolusi. Gerakan mahasiswa di Indonesia saat ini bisa kita lihat dalam tiap tahap perkembangan tersebut.
  • Tahap reaksi masal; tahap ini ditandai munculnya gejala keresahan sosial yang ditimbulkan antara lain oleh adanya pengangguran, kejahatan, kenakalan, keretakan keluarga, penggusuran dan lain sebagainya. Gerakan mahasiswa pada awalnya merupakan reaksi-reaksi terhadap ketidakadilan akibat berkembangnya praktek KKN disegala bidang. Hal ini dapat diamati melalui orasi-orasi yang disampaikan pada saat berdemonstrasi di kampus. Orasi-orasi saat itu berisi tentang ketidakadilan, kesewenang-wenangan pemerintah masa orde baru. Munculnya krisis ekonomi yang meningkatkan pengangguran dan selanjutnya berdampak pada peningkatan kejahatan membuat masyarakat semakin resah, hal ini pulalah yang disuarakan dalam gerakan mahasiswa yang terangkum dalam tuntutan penghapusan praktek KKN.
  • Tahap tindakan masal (crowd Behavor), pada tahap tindakan masal gerakan sosial yang dilakukan sudah terorganisasi dalam suatu kerumunan, dimana mereka menjadi lebih kompak. Setelah sekian lama mahasiswa bergerak secara bergilir di dalam kampus masing-masing, serta dipicu oleh adanya peristiwa trisakti, gerakan mahasiswa mengambil suatu tindakan menyatukan seluruh gerakan mahasiswa di Jabotabek. Tindakan itu terwujud dalam gerakan mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR yang didukung pula oleh tokoh-tokoh politik seperti Amien Rais, Sri Bintang Pamungkas. Pada saat itu gerakan mahasiswa telah melakukan suatu tindakan masal. Pada tahap ini gerakan mahasiswa sudah terkoordinir, dimana sudah muncul tokoh-tokoh dari mahasiswa yang mengatur aksi-aksi yang mereka lakukan. Karena tindakan menduduki gedung MPR/DPR sebenarnya merupakan rangkaian dari gerakan mahasiswa yang bergiliran dan tidak lagi berasal dari satu universitas, seperti gerakan di Salemba, Trisakti, dan sebagainya.
Pada tahap ini gerakan sosial menghadapi dua kemungkinan tindakan polisi atau militer. Pertama, polisi atau militer berusaha memadamkan atau mematahkan gerakan itu.Kedua, polisi atau militer membiarkan dan mengamati saja dari jauh gerakan sosial yang terjadi. Tindakan polisi atau militer terhadap gerakan mahasiswa saat itu cenderung untuk memadamkan dan mematahkan. Peristiwa trisakti merupakan tindakan polisi atau militer yang sangat jelas menunjukan keinginan mematahkan gerakan mahasiswa. Selanjutnya insiden-insiden antara mahasiswa dan militer masa pemerintahan Habibie menunjukkan keinginan memadamkan gerakan mahasiswa. 
·  Tahap pemantapan formal, pada tahap ini apa yang sudah diperjuangkan bersama sudah dituangkan dalam bentuk yang jelas hubungannya dengan ideologi tertentu. Tujuan gerakan mahasiswa mulai memasuki tahap pemantapan formal sejak diadakannya pemilu, kemudian sidang umum, dan saat ini berjalannya sistem pemerintahan yang baru. Keterlibatan mahasiswa dalam pemilu merupakan cerminan yang jelas bahwa tuntutan yang disuarakan mahasiswa sudah mulai dituangkan dalam suatu institusi, dalam hal ini institusi politik. Proses pemilu hingga ke sidang umum, serta sidang Umum MPR berusaha menghapuskan KKN.
·  Tahap revolusi, tahap ini dapat terjadi jika mereka yang terlibat dalam gerakan sosial itu menuntut pergeseran kekuasaan dari yang berkuasa ke kelompok yang ingin berkuasa. Selain itu adanya penggunaan kekerasan sebagai metode untuk menggeser kekuasaan itu. Hingga saat ini tahap terakhir dari gerakan sosial tidak terlihat dari gerakan mahasiswa. Mereka yang terlibat dalam gerakan mahasiswa juga tidak dapat secara langsung menggantikan pemerintahan Orde Baru, namun tetap harus melalui aturan main yang berlaku yaitu melalui pemilu dan sidang umum. Revolusi ini tidak menjadi tuntutan dari gerakan mahasiswa, karena gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa adalahreformist movement bukan revolutionary movement.
Gerakan mahasiswa Indonesia dapat diidentifikasikan suatu sebagai gerakan sosial, yang merupakan sumber internal terjadinya perubahan sosial di Indonesia. Melalui tujuan gerakan mahasiswa kita dapat mengidentifikasi sebagai gerakan sosial yang bertipe reformist movement. Dengan demikian yang diharapkan dalam gerakan mahasiswa adalah perubahan sebagian dari institusi dan nilai yang ada dalam masyarakat Indonesia. Gerakan mahasiswa di Indonesia saat ini telah berkembang hingga tahap pemantapan formal, dan tujuan dari gerakan sosial telah dituangkan ke dalam suatu institusi. 
 
 
 
Sumber:
  • Sunarto, Kamanto (1993), Pengantar Sosiologi, Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
PERTEMUAN K E 5
Revisi Modul 5

  • Revisi Tabel 2 hal 5.15 dan revisi tabel 7 hal.5.36
Selain komposisi penduduk menurut propinsi, Biro Pusat Statistik juga menyajikan komposisi penduduk dilihat dari segi tempat tinggal menurut pulau. Demikian pula halnya Lembaga Demografi UI, juga seringkali menampilkan data yang memperkaya apa yang disajikan BPS. Berikut ditampilkan data penduduk Indonesia menurut Propinsi dan Pulau tahun 1990 dan tahun 1995 dan pertumbuhan penduduk Indonesia menurut propinsi dan pulau, serta kecenderungan tahun 2000 dan tahun 2005.
Tabel 2.1
PENDUDUK INDONESIA MENURUT PROPINSI DAN PULAU, 1990-2005
Propinsi dan pulau
PROYEKSI LEMBAGA DEMOGRAFI
1990
1995
2000
2005
  1. DI Aceh
  2. Sumatra Utara
  3. Sumatra Barat
  4. Riau
  5. Jambi
  6. Sumatra Selatan
  7. Bengkulu
  8. Lampung
SUMATRA
  1. DKI Jakarta
  2. Jawa Barat
  3. Jawa Tengah
  4. DI Yogjakarta
  5. Jawa Timur
JAWA
  1. Bali
  2. Nusa Tenggara Barat
  3. Nusa Tenggara Timur
BALI & NUSA TENGGARA
  1. Kalimantan Barat
  2. Kalimantan Tengah
  3. Kalimantan Selatan
  4. Kalimantan Timur
KALIMANTAN
  1. Sulawesi Utara
  2. Sulawesi Tengah
  3. Sulawesi Selatan
  4. Sulawesi Tenggara
SULAWESI
  1. Maluku
  2. Irian Jaya
MALUKU DAN IRIAN JAYA
3.415.324
10.266.068
4.022.586
3.309.696
2.019.411
6.347.292
1.178.809
7.449.781
38.008.967
8.853.748
35.375.640
28.521.370
3.119.221
32.502.010
108.371.989
2.783.292
3.369.158
3.267.637
9.420.085

3.237.919
1.400.280
2.599.237
1.883.644
9.121.080
2.491.424
1.702.548
6.981.480
1.349.236
12.524.688
1.850.884
1.628.724

3.913.235
3.813.004
11.167.277
4.384.171
4.181.449
2.271.424
7.414.685
1.410.809
9.264.525
43.907.344
9.741.717
39.435.270
29.471.610
3.282.614
34.282.610
116.144.711
2.987.327
3.762.063
3.287.166
10.036.556

3.593.701
1.722.911
2.909.677
2.292.783
10.509.072
2.635.262
1.921.766
7.510.669
1.549.253
13.616.950
2.056.192
1.857.043
3.913.235
4.212.674
11.970.847
4.738.503
5.135.953
2.518.341
8.561.569
1.661.746
11.403.468
50.203.101
10.543.552
43.432.720
30.043.170
3.424.511
35.651.420
123.095.373
3.186.904
4.211.450
3.305.842
10.404.196

3.947.156
2.100.555
3.208.173
2.741.295
11.997.179
2.782.557
2.138.679
7.964.969
1.759.890
14.646.095
2.254.322
2.082.419
4.336.741
4596768
12646774
5057124
6143301
2751169
9759486
1924522
13816059
56695203
11255905
47324780
30337900
3537108
36765440
129221133
3375477
4680804
3318308
11374589

4285865
2534381
3485220
3235445
13540911
2916843
2340995
8353514
1980185
15591537
2442947
2305522
4748469
INDONESIA
180.926.417
198.137.867
214.982.686
231171842
Sumber: Ananta dan Arifin (1991)


Tabel 2.2
PERTUMBUHAN PENDUDUK INDONESIA MENURUT PROPINSI DAN PULAU 1985-2005
Propinsi dan pulau
PROYEKSI LEMBAGA DEMOGRAFI
1985-1990
1990-1995
1995-2000
2000-2005
1. DI Aceh
2. Sumatra Utara
3. Sumatra Barat
4. Riau
5. Jambi
6. Sumatra Selatan
7. Bengkulu
8. Lampung
SUMATRA
9. DKI Jakarta
10. Jawa Barat
11. Jawa Tengah
12. DI Yogjakarta
13. Jawa Timur
JAWA
14. Bali
15. Nusa Tenggara Barat
16. Nusa Tenggara Timur
BALI & NUSA TENGGARA
17. Kalimantan Barat
18. Kalimantan Tengah
19. Kalimantan Selatan
20. Kalimantan Timur
KALIMANTAN
21. Sulawesi Utara
22. Sulawesi Tengah
23. Sulawesi Selatan
24. Sulawesi Tenggara
SULAWESI
25. Maluku
26. Irian Jaya
MALUKU & IRIAN JAYA
2,78
1,72
1,68
5,23
2,92
3,34
4,46
4,65
3,07
2,32
2,75
1,14
1,25
0,78
1,64
0,99
2,36
1,30
t.a
2,77
4,50
2,69
4,40
3,33
1,49
2,39
1,09
3,73
1,62
2,81
3,45
3,10
2,20
1,68
1,72
4,68
2,35
3,11
3,59
4,36
2,89
1,91
2,17
0,66
1,02
1,03
1,39
1,41
2,21
0,12
t.a
2,09
4,15
2,26
3,93
2,85
1,12
2,42
1,46
2,76
1,67
2,10
2,62
2,35
1,99
1,39
1,55
4,11
2,06
2,88
3,27
4,15
2,68
1,58
1,93
0,38
0,85
0,82
1,16
1,29
2,26
0,11
t.a
1,88
3,96
1,95
3,57
2,63
1,09
2,14
1,17
2,55
1,46
1,84
2,29
2,06
1,75
1,10
1,30
3,58
1,77
2,62
2,94
3,84
2,43
1,31
1,72
0,20
0,65
0,62
0,97
1,51
2,11
0,08
t.a
1,65
3,75
1,66
3,31
2,42
0,94
1,81
0,95
2,36
1,25
1,61
2,04
1,81
INDONESIA
1,96
1,82
1,63
1,45
Tabel 3 menggambarkan bahwa penduduk Indonesia secara absolut jumlahnya terus bertambah. Penduduk Indonesia tahun 1980 berjumlah 147,5 juta, dan mengalami kenaikan menjadi 179,3 juta berdasarkan sensus tahun 1990. Selanjutnya tahun 2005 diperkirakan akan meningkat lagi menjadi 230 juta lebih. Sebaliknya dengan angka absolut, maka angka pertumbuhan terus menurun, yaitu dari 2,37 persen per tahun dalam periode 1971-1980 menjadi 1,95 persen dalam periode 2000-2005, seperti digambarkan pada tabel 4.
Dengan demikian sekalipun angka pertumbuhan dapat diharapkan terus menurun, akan tetapi secara absolut nampaknya jumlah penduduk Indonesia masih akan bertambah dalam beberapa dekade mendatang.
  • Gambar 1 hal. 5.17
Jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu ciri khas kependudukan Indonesia. Hal ini tidak lepas dari keberhasilan Indonesia dalam menurunkan angka kelahiran. Akibat lainnya adalah pada usia balita dan manula. Penduduk balita Indonesia yang pada tahun 1990 berjumlah sekitar 22 juta akan menurun menjadi kira-kira 17,6 juta pada tahun 2020. Di sisi lain jumlah manula justru meningkat dari sekitar 7 juta pada tahun 1990 menjadi kurang lebih 18,5 juta pada tahun 2020.
Bila kita perhatikan piramida penduduk seperti pada gambar 2, maka terlihat kecenderungan bentuk piramida yang menyerupai Prambanan ke arah piramida berbentuk Borobudur.









  • Tabel 4 hal.5.21
Gambar 5 menggambarkan proporsi penduduk perkotaan terhadap total penduduk, meningkat dari kira-kira 29 persen di tahun 2020. Perlu diperhatikan disini bahwa peningkata angka urbanisasi ini tidak semata karena arus migrasi dari pedesaan ke perkotaan, tetapi juga karena perubahan status daerah dari pedesaan ke perkotaan dan juga karena pertumbuhan penduduk alamiah (selisih kelahiran dan kematian). Tabel 4 menunjukkan secara absolut, jumlah penduduk pedesaan akan mencapai 133,6 juta, dan kondisi ini merupakan puncak pertumbuhan. Setelah itu, jumlah penduduk pedesaan akan berkurang. Sementara jumlah penduduk perkotaan pada tahun 2020 paling sedikit akan berjumlah 2,5 kali jumlah penduduk perkotaan tahun 1990.
Tabel 4
PENDUDUK INDONESIA MENURUT PEDESAAN DAN PERKOTAAN
1990-2020
Tahun
Jumlah Penduduk
Angka Urbanisasi
Total
Urban
Rural
1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
180.383.700
195.755.600
210.263.800
223.183.300
235.110.800
245.388.200
253.667.600
51.932.467
63.679.297
76.662.181
90.344.600
104.577.284
118.792.228
132.465.221
128.451.233
132.076.303
133.601.619
132.838.700
130.533.516
126.595.772
121.202.379
28,79
32,53
36,46
40,48
44,48
48,41
52,22
PENDUDUK INDONESIA MENURUT DESA/KOTA

  • Tabel 6 hal. 5.35
Berkaitan dengan persebaran penduduk, suatu permasalahan yang dipandang perlu adalah pemerataan persebaran penduduk. Didasari pada keinginan setiap individu untuk melakukan mobilitas termasuk bermigrasi dengan suatu tujuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Atas dasar itu maka perbedaan aktivitas ekonomi dan perbedaan peluang untuk memperoleh pendapatan dan kesempatan kerja merupakan sebab utama ketimpangan persebaran penduduk di Indonesia, khususnya antara pulau Jawa dan luar Jawa.
Menimbang pemikiran di atas, maka sesungguhnya yang perlu dibenahi adalah pengembangan wilayah-wilayah sehingga antar daerah tidak terdapat perbedaan yang besar, yang pada akhirnya akan membuat perpindahan penduduk tidak terjadi secara besar-besaran dan persebaran penduduk menjadi merata.
 Tabel 6
KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA MENURUT PROPINSI DAN PULAU 1990-2005
Propinsi dan Pulau
Luas (Km2)
PROYEKSI LEMBAGA DEMOGRAFI
1990
1995
2000
2005
1. DI Aceh
2. Sumatra Utara
3. Sumatra Barat
4. Riau
5. Jambi
6. Sumatra Selatan
7. Bengkulu
8. Lampung
SUMATRA
9. DKI Jakarta
10. Jawa Barat
11. Jawa Tengah
12. DI Yogjakarta
13. Jawa Timur
JAWA
14. Bali
15. Nusa Tenggara Barat
16. Nusa Tenggara Timur
BALI & NUSA TENGGARA
17. Kalimantan Barat
18. Kalimantan Tengah
19. Kalimantan Selatan
20. Kalimantan Timur
KALIMANTAN
21. Sulawesi Utara
22. Sulawesi Tengah
23. Sulawesi Selatan
24. Sulawesi Tenggara
SULAWESI
25. Maluku
26. Irian Jaya
MALUKU & IRIAN JAYA
55.392
70.787
49.778
94.562
44.924
103.688
21.168
33.307
473.606
590
46.300
34.206
3.169
47.922
132.187
5.561
20.177

47.874

88.488

146.760

152.600

37.660

202.440
534.460
19.023
69.726

72.781

27.686

189.216
74.505
421.981
496.486
61,66
145,03
80,81
35,00
44,95
61,22
55,69
223,67
80,25
3394,48
765,23
833,81
984,29
678,23
819,84
500,50
166,98

68,25

t.a

22,06

9,18

69,02

9,30
16,91
130,97
24,42

95,92

48,73

66,19
24,84
3,86
7,01
68,84
157,76
88,07
44,22
50,56
71,51
66,65
278,16
92,71
14737,85
853,04
861,59
1035,85
731,94
878,64
537,19
186,45

68,66

t.a

24,49

11,29

77,26

11,33
19,50
138,53
27,56

103,20

55,96

71,97
27,60
4,40
7,88
76,05
169,11
95,19
54,31
56,06
82,57
78,50
342,37
106,00
15950,91
939,51
878,30
1080,63
743,95
931,22
573,08
208,73

69,05

t.a

26,90

13,77

85,19

13,54
22,24
146,27
30,67

109,44

63,57

77,40
30,26
4,93
8,73
82,99
178,66
101,59
64,97
61,24
94,12
90,92
414,81
119,71
17028,60
1023,70
886,92
1116,16
767,19
977,56
606,99
231,99

69,31

t.a

29,20

16,61

92,54

15,98
25,10
153,33
33,57

114,78

71,52

82,40
32,79
5,46
9,56
INDONESIA
1.919.443
94,26
103,23
112,00
120,44
Catatan : t.a = tidak ada data
Sumber: Ananta dan Arifin (1991)
Sementara itu diproyeksikan pada tahun 2005, kepadatan penduduk di Jakarta mencapai 17.028,60 per km². Untuk Indonesia secara keseluruhan diproyeksikan mencapai 120,44 jiwa / km².
PERTEMUAN KE 6
KELUARGA
Definisi keluarga dapat diuraikan sebagai berikut keluarga merupakan kelompok individu yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga. Anggota dalam kelompok individu tersebut berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain melalui peran masing-masing sebagai anggota keluarga. Kelompok individu ini berfungsi untuk mempertahankan kebudayaan masyarakat yang berlaku umum atau dapat pula menciptakan kebudayaannya sendiri.
Ciri pertama dari keluarga adalah dipersatukan oleh ikatan perkawinan. Perkawinan dapat dikategorikan melalui kriteria jumlah suami/istri dan asal suami/istri. Pengkategorian ini menghasilkan beberapa konsep perkawinan.
  • Kriteria jumlah suami/istri membedakan dua konsep perkawinan yaitu :
1.     Monogami adalah keluarga yang dibentuk mempunyai satu istri dan satu suami
2.     Poligami adalah keluarga yang dibentuk mempunyai lebih dari satu suami atau istri. Poligami ini terbagi ke dalam dua konsep perkawinan, yaitu :
  • Poligini: keluarga yang terbentuk mempunyai satu suami dengan dua atau lebih istri. Poligini terbagi dua yaitu :
1.     Poligini sororal : para istri dalam perkawinan ini bersaudara (adik - kakak)
2.     Poligini non sororal : para istri dalam perkawinan ini tidak bersaudara
  • Poliandri: keluarga yang terbentuk mempunyai satu istri dengan dua atau lebih suami. Poliandri terbagi dua, yaitu :
1.     Poliandri fraternal: para suami dalam perkawinan ini bersaudara (adik - kakak)
2.     Poliandri nonfraternal: para suami dalam perkawinan ini tidak bersaudara
  • Kriteria asal suami/istri membedakan empat konsep perkawinan, yaitu:
1.     Exogami: perkawinan yang suami istrinya berlainan suku atau ras
2.     Endogami: perkawinan yang suami istrinya berasal dari suku yang sama
3.     Homogami: perkawinan yang suami istrinya berasal dari lapisan sosial yang sama
4.     Heterogami: perkawinan yang suami istrinya berasal dari lapisan sosial yang berbeda
Setelah memahami bentuk-bentuk perkawinan di atas perlu dipahami pula tiga bentuk keluarga yaitu keluarga batih, keluarga besar, dan keluarga konyugal. Keluarga batih sama dengan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Keluarga besar terdiri dari beberapa keluarga inti. Keluarga besar memiliki keterkaitan dengan sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan itu sendiri merupakan seperangkat hubungan berdasarkan keturunan dan perkawinan. Terdapat dua bentuk sistem kekerabatan, yaitu matrilineal yang mengikuti garis keturunan ibu dan patrilineal yang mengikuti garis keturunan ayah. Sistem kekerabatan ini mempengaruhi keluarga besar yang terbentuk.
Sistem kekerabatan ini juga dapat berpengaruh pada pola menetap suatu keluarga. Sistem kekerabatan bentuk matrilineal pola menetapnya akan cenderung matrilokal sedangkan sistem kekerabatan bentuk patrilineal akan cenderung patrilokal. Namun demikian tidak menutup kemungkinan sistem kekerabatan tersebut tidak mempengaruhi pola meneuap, karena banyak keluarga yang memilih pola menetap <` href="neo.htm">neolokal. Sistem pola menetap neolokal ini mendukung keluarga konyugal. Keluarga konyugal didasarkan pada cinta yang mengikat antara suami dan istri, terpisah sama sekali dengan keluarga besar baik dari suami maupun istri. Keluarga konyugal mencari tempat sendiri tinggal disana dan terpisah sama sekali dengan orang tuanya.
Setelah keluarga dan bentuk perkawinan yang perlu dipelajari selanjutnya adalah fungsi-fungsi keluarga. Suatu keluarga umumnya menjalankan tiga fungsi, yaitu fungsi seksual dan reproduksi, fungsi ekonomi dan fungsi edukatif. William F. Ogburn mengemukakan enam fungsi keluarga, yaitu ekonomi, perlindungan, rekreasi, pendidikan, agama, pemberian status pada individu. Fungsi-fungsi tersebut mengalami perubahan pula sesuai dengan perkembangan masyarakat. Penurunan fungsi dalam keluarga ini juga diungkapkan oleh Erness W. Burgess yang mengemukakan enam kondisi perubahan fungsi keluarga yaitu :
  • Keluarga menyesuaikan dengan perubahan sosial yang pesat
  • Adanya gejala urbanisasi
  • Terjadinya proses sekularisasi
  • Adanya ketidakstabilan keluarga
  • gejala spesialisasi keluarga
  • companionship
Perubahan fungsi yang dikemukakan oleh kedua tokoh tersebut harus dipahami untuk dapat memahami fungsi keluarga. Fungsi keluarga inilah yang mempengaruhi perkembangan budaya masyarakat. Melalui fungsi keluarga inilah budaya masyarakat akan dipertahankan ataukah dirubah. Hal ini dikarenakan keluarga melahirkan individu-individu selanjutnya yang menentukan perkembangan suatu masyarakat.
PERTEMUAN  KE 7
Keterkaitan Kontrol Sosial dengan Interaksi Sosial
Untuk mendalami lebih jauh mengenai materi tentang kontrol sosial, kita akan melihat dengan mengkaitkan materi mengenai interaksi sosial. Interaksi sosial didefinisikan sebagai proses dimana orang-orang yang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam tindakan dan pikiran. Pertanyaannya sekarang adalah mengapa orang-orang itu terlibat di dalam interaksi? Jawabannya sederhana saja, kita tinggal mengembalikan kepada asumsi dasar mengenai manusia, yaitu manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, maka manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia saling membutuhkan. Dan untuk memenuhi kebutuhannya, maka manusia harus melakukan interaksi. Dengan interaksi, kebutuhan manusia akan dapat terpenuhi.
Kalau kita bicara megenai interaksi, maka setidaknya kita akan bicara mengenai dua orang. Oleh Simmel hubungan yang terjadi antara dua orang ini dikatakan sebagai kelompokdyadic (kelompok dua-an). Dalam kelompok ini, kondisi yang terjadi adalah kemungkinan untuk terputusnya interaksi menjadi sangat besar. Bayangkan jika Anda berinteraksi dengan salah satu teman Anda, kemudian teman Anda pergi meninggalkan Anda, maka Anda hanya akan tinggal sendiri dan tidak bisa lagi melakukan interaksi. Lain halnya bila interaksi yang Anda lakukan terjadi bersama tiga orang teman Anda. Jika salah satu pergi meninggalkan Anda, maka interaksi masih bisa dilakukan dengan rekan Ada yang lain yang masih tinggal. Untuk itulah Simmel mencoba mengukur mutu suatu kelompok dengan mendasarkan pada jumlah anggota kelompok. Semakin besar jumlah anggota kelompok yang ada, maka kelompok itu dapat dikatakan memiliki mutu yang semakin tinggi. Namun hal itu tentu saja masih diperdebatkan, karena terkesan terlalu menyederhanakan suatu masalah.
Lebih lanjut Simmel juga menegaskan bahwa dalam kelompok tryadic (kelompok tiga- an) ada beberapa macam, yaitu:
1.     Kelompok dimana orang ketiga berperan sebagai mediator. Orang ketiga ini akan menjadi penengah ketika antara dua orang dalam kelompok yang lain saling bertengkar.
2.     Kelompok dimana orang ketiga berperan sebagai tertius gaudiens. Orang ketiga ini akan menjadi senang ketika antara dua orang dalam kelompok yang lain saling bertengkar, karena ia akan dapat mengambil keuntungan dari pertengkaran tersebut.
3.     Kelompok dimana orang ketiga berperan sebagai devide et impera. Orang ketiga ini akan menjadi "provokator" atau selalu mengadu domba antar anggota kelompok lainnya, agar mereka bertengkar.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana interaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih atau lebih jauh lagi di dalam masyarakat? Untuk membahas lebih jauh ada baiknya jika kita menggunakan konsep yang dikatakan sebagai kontrol sosial. Jika kita bicara mengenai kontrol sosial, maka kita setidaknya harus mengetahui terlebih dahulu mengenai 3 pandangan dalam sosiologi, dalam memandang keberadaan individu dan masyarakat. Masing-masing pandangan berbeda dalam menempatkan kontrol sosial dan lebih jauh lagi dalam menempatkan interaksi antara anggotanya. Mari kita lihat satu persatu. .
  • Golongan yang memberi penekanan pada masyarakat, memandang bahwa masyarakat mempengaruhi individu dalam melakukan interaksinya. Golongan ini dipelopori oleh Durkheim yang memperkenalkan konsepnya yang terkenal, yaitu fakta sosial. Masyarakat mempengaruhi individu, dengan kata lain ada kontrol sosial yang ada di dalam masyarakat yang mempengaruhi interaksi yang terjadi antara individu. Kontrol sosial didefinsikan sebagai cara yang dipakai masyarakat untuk mengendalikan si penyimpang pada jalur yang sudah diyakini masyarakat sebagai garis yang benar. Dengan demikian, dalam melakukan interaksinya, individu-individu dikontrol oleh suatu di luar dirinya, yang kita katakan sebagai kontrol sosial. Ambil contoh berikut sebagai ilustrasi. Bayangkan Anda sekarang ini berada di rumah. Anda ingin berinteraksi dengan orang tua. Maka Anda diharuskan untuk menunggu orang tua Anda bangun pagi, baru Anda diperbolehkan bicara. Anda dilarang untuk membangunkan orang tua. Nah ada kontrol sosial yang mengatur Anda dalam berinteraksi di rumah. Kemudian Anda keluar rumah dan pergi ke kampus. Di lingkungan kampus, kembali Anda dihadapkan pada kontrol sosial yang berbeda dengan apa yang Anda hadapi di rumah. Dan lagi-lagi Anda dihadapkan pada seperangkat aturan yang mengkontrol interaksi Anda dengan orang lain. Misalnya saja di dalam ruang kuliah Anda tidak boleh bicara dengan rekan Anda di sebelah. Anda tidak boleh makan di ruang kuliah, dan sebagainya. Semua itu merupakan kontrol sosial yang mempengarui interaksi yang Anda lakukan. Dengan demikian terlihatlah bahwa masyarakat (dalam hal ini digambarkan dengan kontrol sosial) mempengaruhi individu (digambarkan dengan interaksi).
Hal ini menjadi semakin jelas bila kita mengkaitkan interaksi dengan stratifikasi. Dalam stratifikasi kita mengenal adanya pembedaan kelas, dimana dalam kelas yang berbeda, maka interaksi yang ada juga akan berbeda. Sebagai ilustrasi, Anda bisa saja mengatakan dengan gaya prokem kepada rekan Anda dengan memakai kata-kata "lu, gue", sedangkan hal yang sama tidak mungkin Anda lakukan bila Anda berhadapan dengan dosen. Nah kondisi ini menggambarkan bagaimana interaksi yang terjadi antar individu dipengaruhi oleh kontrol sosial yang ada di dalam masyarakat.
  • Golongan yang kedua, memberikan penekanan yang berlawanan dengan golongan pertama. Golongan ini dipelopori oleh Weber, yang memperkenalkan konsep tentang "meaning" atau makna. Bukan masyarakat yang memegang peranan penting, namun justru individulah yang memegang peran sentral. Individu memiliki kebebasan dalam melakukan interaksi. Memang golongan ini mengakui bahwa ada sesuatu di luar diri manusia yang mempengaruhi individu dalam berinteraksi, namun individu memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang akan dia lakukan. Jika Durkheim menganggap reaksi yang diberikan individu berbeda dengan apa yang ada di masyarakat, maka dikatakan sebagai penyimpangan, namun lain halnya dengan Weber, yang menganggap perbedaan reaksi yang diberikan merupakan suatu hal yang wajar dan bukan penyimpangan, karena manusia merupakan individu yang unik. Dalam pandangan Weber kontrol sosial tidak terlihat secara jelas dalam mempengaruhi interaksi. Yang ditekankan dalam golongan ini untuk melakukan interaksi adalah adanya kesamaan arti terhadap apa yang dikomunikasikan oleh individu. Interaksi tentunya tidak akan berjalan sebagaimana mestinya jika orang-orang yang saling berinteraksi tidak memiliki kesamaan arti. Bayangkan jika Anda berinteraksi dengan orang Jawa kuno, yang sangat kolot. Dalam interaksi tersebut Anda menunjuk orang tersebut dengan jari telunjuk (sesuatu hal yang wajar dalam masyarakat umum). Yang terjadi kemudian adalah ia akan menjadi marah, karena dalam adat orang Jawa tersebut, tindakan yang Anda lakukan adalah tidak sopan. (untuk menunjuk sesorang dengan status yang lebih tinggi biasanya digunakan ibu jari dan bukan jari telunjuk). Nah terlihat jelas bukan, bahwa kesamaan arti merupakan suatu hal yang krusial dalam melakukan interaksi. Lebih jelas lagi jika Anda mencoba menjawab pertanyaan ini, "mungkinkah Anda berbicara dengan suku Indian di Amerika yang hanya bisa berbahasa Indian?" 
  • Golongan yang ketiga boleh dikatakan golongan yang mencoba menjembatani kedua golongan yang berlawanan penekanan tersebut. Golongan ini dipelopori oleh Berger, yang memperkenalkan konsep eksternalisasi dan internalisasi. Untuk golongan ini terlihat jelas bagaimana proses interaksi berlangsung, dan bagaimana kontrol sosial mempengaruhi proses interaksi tersebut. Mari kita lihat bersama-sama. Individu sebagai mahluk sosial, memiliki beberapa kebutuhan yang hanya dapat ia terima melalui orang lain. Individu perlu berinteraksi dengan sesama. Pada saat yang bersamaan individu melakukan suatu proses yang oleh Berger dikatakan sebagai eksternalisasi. Konsep ini didefinisikan sebagai upaya mengungkapkan apa yang ada di dalam diri individu. Proses ini menggambarkan apa yang diungkapkan oleh Weber, bahwa individu bebas mengungkapkan apa yang ada di dalam dirinya. Apa yang diungkapkan oleh individu setelah melalui proses pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang mapan, sesuatu yang sudah diakui secara bersama oleh suatu komunitas, yang oleh Berger dikatakan bahwa pada saat itu telah terjadi objektivikasi. Kemudian setelah melalui proses berikutnya si individu justru berperilaku sesuai dengan apa yang sudah mapan, yang oleh Berger dikatakan sebagai internalisasi, yaitu menyerap apa yang ada di luar individu), lalu dimana proses interaksi berlangsung? Boleh dikata proses interaksi bisa berlangsung pada saat individu melakukan eksternalisasi, pada saat individu melakukan objektivikasi, dan pada saat individu melakukan internalisasi. Dengan kata lain apa yang dilakukan oleh individu, berada dalam kerangka interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya.
PERTEMUAN KE 8

UJIAN FORMATI
KUNCI JAWABAN
1. a
Sosiologi interpretif dalam definisi sosiologi menurut Max Weber memberikan penekanan pada individu, individu memiliki kebebasan, unik dan subyektif.
2. d
Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor baru di dalam masyarakat
3. b
Televisi merupakan salah satu dari media massa yang berperan sebagai agen sosialisasi yang berpengaruh pada perilaku khalayak
4. b
Reactionary Movement adalah suatu gerakan sosial yang bertujuan untuk mengganti institusi dan nilai masyarakat sekarang dengan institusi dan nilai masyarakat si masa lampau
5. a
William Kornblum mengklasifikasikan gerakan sosial ke dalam empat klasifikasi, yaitu revolutionary movement, reformist movement, conservative movement, dan reactionary movement
6. b
Perkawinan dimana seorang suami mempunyai lebih dari satu istri disebut poligini. Apabila para istrinya bersaudara disebut dengan poligini sororal
7.c
Peningkatan urbanisasi selain karena migrasi dari pedesaan ke perkotaan, juga disebabkan oleh faktor perubahan status daerah dari pedesaan ke perkotaan serta pertumbuhan penduduk alami
8.b
Usaha untuk mengatasi ketidakmerataan persebaran penduduk adalah dengan pengembangan wilayah sehingga antar daerah tidak terdapat perbedaan yang besar, yang pada akhirnya akan membuat penduduk menjadi merata
9. d
George Simmel mencoba mengukur mutu suatu kelompok berdasarkan pada jumlah anggota kelompok
10. c
Kondisi tersebut menggambarkan bagaimana suatu interaksi yang terjadi antar individudipengaruhi oleh kontrol sosial yang ada di dalam masyarakat






                                                                                                                                                           

1 komentar: